BELAJAR BERJARINGAN
KELAS LOKAL BERWAWASAN GLOBAL
Mengapa Virtual?
· Perubahan dari pendidikan terpusat menjadi Tersebar.
· Fleksibilitas dalam ruang dan waktu.
· Bahan ajar yang disajikan dalam multimedia dengan suara dan gambar yang dinamis, tidak membosankan, serta padat informasi.
· Selfpace learning:
Kecepatan belajar ditentukan oleh diri sendiri bukan oleh kemampuan yang diseragamkan dalam kelas.
· Selfmotivated learning:
Memacu kemampuan belajar mandiri.
· Perubahan dari teacher centric (guru sebagai pusat pembelajaran) menjadi learner centric/murid sebagai pusat pembelajaran.
· Perubahan dari entry barrier (seleksi ketat) menjadi output quality standard (lulusan berkualitas stardard). Bukan masuknya yang dipersulit, tapi lulusannya yang harus memenuhi standard kualitas. Sementara lamanya belajar tergantung motivasi, kecerdasan, dan usaha masing-masing peserta didik.
· Interaksi antara pengajar dan peserta-didik dilakukan tidak hanya dengan tatap-muka, tetapi juga melalui surat-menyurat elektronis, sehingga meningkatkan kemampuan baca-tulis.
sumber: Justiani Maulani
Proses Belajar Mengajar (PBM) konvensional mulai ditinggalkan. Interaksi belajar yang mengharuskan tatap muka antara siswa dan guru tidak diperlukan lagi. Kelengkapan sarana prasarana sekolah secara fisik yang seringkali menjadi hambatan dalam dunia pendidikan Indoensia mulai tidak diperlukan dengan hadirnya “belajar berjaringan di dunia maya”lewat internet.
Pendidikan di Indonesia pada umunya masih berupa sistem pendidikan konvensional. Pendidikan masih terpusat pada pendidikan formal dengan kurikulum nasional. Lambat laun Indonesia pun harus beralih kepada pendidikan “berjaringan” di dunia maya lewat pasilitas koneksi internet. Sehingga walaupun kelas-kelas belajar di lokal Indonesia tetapi dengan wawasan global internasional dengan fasilitas pembelajaran “berjaringan”.
Fasilitas kelas virtual dapat menggantikan sarana prasarana belajar konvensional. Seperti; Layar komputer atau layar mungil ponsel, tidak memerlukan prasyarat kehadiran fisik, Dosen bisa jadi sedang duduk di sebuah kampus di Inggris tatkala sang mahasiswa di Indonesia tekun menyimak kuliahnya di layar monitor secara berjaringan lewat internet
Kelas virtual adalah cara baru kuliah yang lebih mutakhir, seluruh aktifitas dilakukan dalam media multimedia.
Misalnya:
· Tatap muka dengan dosen melalui fasilitas konferensi video (video conference) atau layar mungil ponsel lewat fasilitas teknologi 3G.
· Grup diskusi dilakukan secara serempak dalam fasilitas maya di internet bisa melalui konferensi video, chating, mailng list atau forum.
· Materi kuliah disajikan dalam bentuk picture, video striming, power point atau simulator
Kelebihan Belajar “Online” di Dunia Maya:
· Kampus di dunia maya, mahasiswa di seantero dunia, didoseni para professor jempolan dari seluruh dunia.
· Belajar via jaringan menyajikan fleksibilitas ruang dan waktu. Peserta bisa tetap kuliah tanpa harus meninggalkan,misalnya pekerjaan kantor. Belajar dimana saja, kapan saja. Meski skejul kuliah terkesan dinomorduakan e-learning memberikan peluang belajar lebih efektif. ''Orang lebih cepat pintar.''
· Jalur dunia maya membuka katup penyumbat. Memungkinkan mahasiswa online belajar dan berdiskusi dengan teman-teman dari seluruh dunia. Sekaligus bertanya langsung kepada pakar-pakar top di belahan benua lain, baik lewat group discussion ataupun konsultasi privat melalui e-mail dan internet messenger.
· Fasilitas multimedia, juga memberi peluang mahasiswa memperoleh materi pelajaran yang jauh lebih kaya ketimbang buku-buku teks tradisional. Contohnya tatkala kita belajar fisika. Di layar monitor, gerakan gelombang bisa disimulasikan dalam tiga dimensi. Suara gelombang bisa dimunculkan bersamaan. ''Bukan cuma dituliskan di white board,'' .
· kuliah secara virtual terbukti ampuh membuka sumbat-sumbat perasaan negative mahasiswa lebih punya nyali untuk bertanya. Jika saat kuliah di kelas cenderung ogah mengacungkan tangan,''Di ruang virtual, bisa leluasa bertanya,''. Perasaan 'malu-malu kucing' raib seketika manakala perkuliahan dilakoni tanpa kehadiran sang dosen secara fisik atau teman-teman kuliah--yang barangkali sering usil.
· Lewat internet, setiap warga berpeluang memperoleh materi pengajaran yang sama-sama qualified tanpa pandang bulu. Internet, pada akhirnya, menjadi salah satu alat demokratisasi pendidikan. ''Semua orang berpeluang mendapatkan pendidikan berkualitas sekaligus lebih murah,''. Tak perlu lagi gedung-gedung bertingkat--pemicu melambungnya biaya pendidikan.
Kendala Belajar “Berjaringan” di Indonesia
· Konsep belajar berjaringan sebuah daya tarik yang magnetik, meski itu baru secara teoritik karena pada kenyataannya, negeri kita masih diganjal kendala ketersediaan infrastruktur. Belum seluruh wilayah Indonesia dihampari jaringan internet ber-bandwith besar. Dan, lalu lintas transportasi data berkapasitas gemuk--seperti materi kuliah video conference--sulit dilakukan.
· Tidak semua masyarakat Indonesia mengerti dan bisa mengakses internetItu sebetulnya tanggung jawab pemerintah. Dalam kerangka Millenium Development Goal sudah dipastikan bahwa telekomunikasi harus menjadi infrastruktur publik. Adalah tugas masing-masing pemerintah mendemokratisasikan akses internet untuk setiap warganegara. Di negara-negara lain sudah gratis. Di sini, Telkomnya bukannya diarahkan untuk publik malah diarahkan ke korporasi.
· Belajar di universitas virtual amat fleksibel. Tidakkah ini menjadi bumerang. Ada yang bilang mahasiswa Indonesia tidak disiplin?
Justru konsep seperti ini membuat orang disiplin. Satu hari saja kita nggak masuk ke kelas virtual, komputernya langsung mencatat. Berapa lama kita belajar di kelas virtual juga langsung dicatat. Termasuk, berapa menit kita bisa menyelesaikan soal ujian. Sangat disiplin. Saya bisa umumkan kuis dibuka sampai minggu depan. Tanggal sekian jam sekian. Lewat dari itu mahasiswa yang nggak ikut kuis, nggak bisa ngomel. Seperti itu yang dimaksud kedisiplinan.
Contoh-contoh Universitas Virtual: Ada puluhan, jika bukan ratusan, lembaga pendidikan tinggi di mancanegara yang mulai menyuguhkan sistem belajar on-line. Ada yang seratus persen on-line, ada pula yang mengombinasikannya dengan tatap muka di kampus, seperti:
· Universitas of Phoenix online di Amerika Serikat
· Universitas Virtual Syria
· Universitas Virtual Kanada
· Universitas Virtual Hongkong, dll.
Pada masa yang akan datang pendidikan berjaringan (Online) tidak hanya anggapan atau cerita pendidikan di negara-negara maju saja, tetapi akan menjadi pilihan-pilihan pembelajaran dan kebutuhan para peserta didik dan guru termasuk di Indoensia. Belajar berjaringan memerlukan fasilitas internet.
Internet merupakan salah satu keajaiban dunia yang baru versi lembaga privat asal Swiss, New7wonder, diumumkan New Seven Wonders of the World dalam perayaan megah yang dihelat di Portugal—USA. Internet, sejak migrasinya dari Pentagon ke dunia sipil pada dasawarsa 1990-an, telah menciptakan revolusi di pelbagai ranah kehidupan, termasuk pendidikan.
Globalisasi adalah salah satu alasan. Atas nama globalisasi, alangkah relevannya mengarusutamakan sistem belajar on-line. Bahkan melembagakannya lewat universitas virtual. Universitas on-line ini, ditujukan mencetak lulusan-lulusan berstandar global. Sebab,''Seiring globalisasi, kelak hanya akan ada satu standar (di dunia kerja). Yakni standar global,''.
Dan, cuma ada satu 'jalan ekspres' meraih predikat ini: Membuka akses terhadap sumber-sumber pengetahuan berstandar global. Ini dimungkinkan lewat jalur universal internet. ''Para mahasiswa (universitas virtual) dapat bertanya langsung dengan para the best brain in the world,''.
Dalam konteks Indonesia, kehadiran sistem belajar berjaringan menjadi kian relevan menimbang masih jomplangnya distribusi pendidikan berkualitas antara masyarakat mampu dan tidak mampu. Yang miskin masuk sekolah kumuh dan tetap bodoh, sementara yang kaya duduk di sekolah bonafid dan semakin pintar. Keberadaan belajar berjaringan sangat diperlukan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Perkembangan daya dukung sarana prasarana belajar berjaringan diharapkan lambat laun mengarah ke kemajuan dengan konsentrasi pemerintah untuk membatu pemecahan permasalahan pendidikan di Indonesia.
(Disusun dari berbagai sumber untuk memenuhi tugas Mata Kuliah TIK dalam Pendidikan Program Pasca Sarjana Kependidikan Universitas Mulawarman)
Oleh : Drs. Rakim (NIM.0805136192)
Referensi Web :
1. Judul : Universitas Virtual
Alamat : http://www.republika.co.id/koran detail.asp?id=333536&kat id=3
Penulis : Justiani Maulani
2. Judul : Global di Kelas Lokal
Alamat : http://www.republika.co.id/koran detail.asp?id=333536&kat id=3
Penulis : Justiani Maulani
3. Judul : Virtual University: Real Learning
Alamat :http://www.whirligig.com.au/GlobalEducatorWeb/articles/MoodieGavin2000.pdf
Penulis : Gavin Moodie
KELAS LOKAL BERWAWASAN GLOBAL
Mengapa Virtual?
· Perubahan dari pendidikan terpusat menjadi Tersebar.
· Fleksibilitas dalam ruang dan waktu.
· Bahan ajar yang disajikan dalam multimedia dengan suara dan gambar yang dinamis, tidak membosankan, serta padat informasi.
· Selfpace learning:
Kecepatan belajar ditentukan oleh diri sendiri bukan oleh kemampuan yang diseragamkan dalam kelas.
· Selfmotivated learning:
Memacu kemampuan belajar mandiri.
· Perubahan dari teacher centric (guru sebagai pusat pembelajaran) menjadi learner centric/murid sebagai pusat pembelajaran.
· Perubahan dari entry barrier (seleksi ketat) menjadi output quality standard (lulusan berkualitas stardard). Bukan masuknya yang dipersulit, tapi lulusannya yang harus memenuhi standard kualitas. Sementara lamanya belajar tergantung motivasi, kecerdasan, dan usaha masing-masing peserta didik.
· Interaksi antara pengajar dan peserta-didik dilakukan tidak hanya dengan tatap-muka, tetapi juga melalui surat-menyurat elektronis, sehingga meningkatkan kemampuan baca-tulis.
sumber: Justiani Maulani
Proses Belajar Mengajar (PBM) konvensional mulai ditinggalkan. Interaksi belajar yang mengharuskan tatap muka antara siswa dan guru tidak diperlukan lagi. Kelengkapan sarana prasarana sekolah secara fisik yang seringkali menjadi hambatan dalam dunia pendidikan Indoensia mulai tidak diperlukan dengan hadirnya “belajar berjaringan di dunia maya”lewat internet.
Pendidikan di Indonesia pada umunya masih berupa sistem pendidikan konvensional. Pendidikan masih terpusat pada pendidikan formal dengan kurikulum nasional. Lambat laun Indonesia pun harus beralih kepada pendidikan “berjaringan” di dunia maya lewat pasilitas koneksi internet. Sehingga walaupun kelas-kelas belajar di lokal Indonesia tetapi dengan wawasan global internasional dengan fasilitas pembelajaran “berjaringan”.
Fasilitas kelas virtual dapat menggantikan sarana prasarana belajar konvensional. Seperti; Layar komputer atau layar mungil ponsel, tidak memerlukan prasyarat kehadiran fisik, Dosen bisa jadi sedang duduk di sebuah kampus di Inggris tatkala sang mahasiswa di Indonesia tekun menyimak kuliahnya di layar monitor secara berjaringan lewat internet
Kelas virtual adalah cara baru kuliah yang lebih mutakhir, seluruh aktifitas dilakukan dalam media multimedia.
Misalnya:
· Tatap muka dengan dosen melalui fasilitas konferensi video (video conference) atau layar mungil ponsel lewat fasilitas teknologi 3G.
· Grup diskusi dilakukan secara serempak dalam fasilitas maya di internet bisa melalui konferensi video, chating, mailng list atau forum.
· Materi kuliah disajikan dalam bentuk picture, video striming, power point atau simulator
Kelebihan Belajar “Online” di Dunia Maya:
· Kampus di dunia maya, mahasiswa di seantero dunia, didoseni para professor jempolan dari seluruh dunia.
· Belajar via jaringan menyajikan fleksibilitas ruang dan waktu. Peserta bisa tetap kuliah tanpa harus meninggalkan,misalnya pekerjaan kantor. Belajar dimana saja, kapan saja. Meski skejul kuliah terkesan dinomorduakan e-learning memberikan peluang belajar lebih efektif. ''Orang lebih cepat pintar.''
· Jalur dunia maya membuka katup penyumbat. Memungkinkan mahasiswa online belajar dan berdiskusi dengan teman-teman dari seluruh dunia. Sekaligus bertanya langsung kepada pakar-pakar top di belahan benua lain, baik lewat group discussion ataupun konsultasi privat melalui e-mail dan internet messenger.
· Fasilitas multimedia, juga memberi peluang mahasiswa memperoleh materi pelajaran yang jauh lebih kaya ketimbang buku-buku teks tradisional. Contohnya tatkala kita belajar fisika. Di layar monitor, gerakan gelombang bisa disimulasikan dalam tiga dimensi. Suara gelombang bisa dimunculkan bersamaan. ''Bukan cuma dituliskan di white board,'' .
· kuliah secara virtual terbukti ampuh membuka sumbat-sumbat perasaan negative mahasiswa lebih punya nyali untuk bertanya. Jika saat kuliah di kelas cenderung ogah mengacungkan tangan,''Di ruang virtual, bisa leluasa bertanya,''. Perasaan 'malu-malu kucing' raib seketika manakala perkuliahan dilakoni tanpa kehadiran sang dosen secara fisik atau teman-teman kuliah--yang barangkali sering usil.
· Lewat internet, setiap warga berpeluang memperoleh materi pengajaran yang sama-sama qualified tanpa pandang bulu. Internet, pada akhirnya, menjadi salah satu alat demokratisasi pendidikan. ''Semua orang berpeluang mendapatkan pendidikan berkualitas sekaligus lebih murah,''. Tak perlu lagi gedung-gedung bertingkat--pemicu melambungnya biaya pendidikan.
Kendala Belajar “Berjaringan” di Indonesia
· Konsep belajar berjaringan sebuah daya tarik yang magnetik, meski itu baru secara teoritik karena pada kenyataannya, negeri kita masih diganjal kendala ketersediaan infrastruktur. Belum seluruh wilayah Indonesia dihampari jaringan internet ber-bandwith besar. Dan, lalu lintas transportasi data berkapasitas gemuk--seperti materi kuliah video conference--sulit dilakukan.
· Tidak semua masyarakat Indonesia mengerti dan bisa mengakses internetItu sebetulnya tanggung jawab pemerintah. Dalam kerangka Millenium Development Goal sudah dipastikan bahwa telekomunikasi harus menjadi infrastruktur publik. Adalah tugas masing-masing pemerintah mendemokratisasikan akses internet untuk setiap warganegara. Di negara-negara lain sudah gratis. Di sini, Telkomnya bukannya diarahkan untuk publik malah diarahkan ke korporasi.
· Belajar di universitas virtual amat fleksibel. Tidakkah ini menjadi bumerang. Ada yang bilang mahasiswa Indonesia tidak disiplin?
Justru konsep seperti ini membuat orang disiplin. Satu hari saja kita nggak masuk ke kelas virtual, komputernya langsung mencatat. Berapa lama kita belajar di kelas virtual juga langsung dicatat. Termasuk, berapa menit kita bisa menyelesaikan soal ujian. Sangat disiplin. Saya bisa umumkan kuis dibuka sampai minggu depan. Tanggal sekian jam sekian. Lewat dari itu mahasiswa yang nggak ikut kuis, nggak bisa ngomel. Seperti itu yang dimaksud kedisiplinan.
Contoh-contoh Universitas Virtual: Ada puluhan, jika bukan ratusan, lembaga pendidikan tinggi di mancanegara yang mulai menyuguhkan sistem belajar on-line. Ada yang seratus persen on-line, ada pula yang mengombinasikannya dengan tatap muka di kampus, seperti:
· Universitas of Phoenix online di Amerika Serikat
· Universitas Virtual Syria
· Universitas Virtual Kanada
· Universitas Virtual Hongkong, dll.
Pada masa yang akan datang pendidikan berjaringan (Online) tidak hanya anggapan atau cerita pendidikan di negara-negara maju saja, tetapi akan menjadi pilihan-pilihan pembelajaran dan kebutuhan para peserta didik dan guru termasuk di Indoensia. Belajar berjaringan memerlukan fasilitas internet.
Internet merupakan salah satu keajaiban dunia yang baru versi lembaga privat asal Swiss, New7wonder, diumumkan New Seven Wonders of the World dalam perayaan megah yang dihelat di Portugal—USA. Internet, sejak migrasinya dari Pentagon ke dunia sipil pada dasawarsa 1990-an, telah menciptakan revolusi di pelbagai ranah kehidupan, termasuk pendidikan.
Globalisasi adalah salah satu alasan. Atas nama globalisasi, alangkah relevannya mengarusutamakan sistem belajar on-line. Bahkan melembagakannya lewat universitas virtual. Universitas on-line ini, ditujukan mencetak lulusan-lulusan berstandar global. Sebab,''Seiring globalisasi, kelak hanya akan ada satu standar (di dunia kerja). Yakni standar global,''.
Dan, cuma ada satu 'jalan ekspres' meraih predikat ini: Membuka akses terhadap sumber-sumber pengetahuan berstandar global. Ini dimungkinkan lewat jalur universal internet. ''Para mahasiswa (universitas virtual) dapat bertanya langsung dengan para the best brain in the world,''.
Dalam konteks Indonesia, kehadiran sistem belajar berjaringan menjadi kian relevan menimbang masih jomplangnya distribusi pendidikan berkualitas antara masyarakat mampu dan tidak mampu. Yang miskin masuk sekolah kumuh dan tetap bodoh, sementara yang kaya duduk di sekolah bonafid dan semakin pintar. Keberadaan belajar berjaringan sangat diperlukan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Perkembangan daya dukung sarana prasarana belajar berjaringan diharapkan lambat laun mengarah ke kemajuan dengan konsentrasi pemerintah untuk membatu pemecahan permasalahan pendidikan di Indonesia.
(Disusun dari berbagai sumber untuk memenuhi tugas Mata Kuliah TIK dalam Pendidikan Program Pasca Sarjana Kependidikan Universitas Mulawarman)
Oleh : Drs. Rakim (NIM.0805136192)
Referensi Web :
1. Judul : Universitas Virtual
Alamat : http://www.republika.co.id/koran detail.asp?id=333536&kat id=3
Penulis : Justiani Maulani
2. Judul : Global di Kelas Lokal
Alamat : http://www.republika.co.id/koran detail.asp?id=333536&kat id=3
Penulis : Justiani Maulani
3. Judul : Virtual University: Real Learning
Alamat :http://www.whirligig.com.au/GlobalEducatorWeb/articles/MoodieGavin2000.pdf
Penulis : Gavin Moodie
Tidak ada komentar:
Posting Komentar